Posted by : Unknown
Senin, 13 Oktober 2014
Mitos Tentang Otak
Ane
lagi bingung ni gan mau nulis artikel tentang apa, berhubung ane kan masih
blogger baru. Tapi waktu ngebaca buku yang berjudul Melati Otak Anti-Lupa
dengan metode Laci Pikiran karya Afin Murtie, ane nemuin informasi yang cukup menarik
untuk dibagikan. Check it out
Mitos
dapat diartikan sebagai cerita turun-temurun suatu bangsa atau daerah tentang
beberapa hal mengenai penciptaan alam,asal-usul manusia dan hal-hal lain yang
kebenarannya kita gak bisa dipastiin kayak cerita nenek gue gitu kalo dudukin
bantal nanti bokong lu bisa bisulan. Mitos tentang otak dapat kita artikan
sebagai cerita cerita turun-temurun dari suatu bangsa atau daerah tertentu.
Sebelum kita ngebahas tentang mitos otak agan-agan harus tau kalo mitos mitos
ini hanya untuk diketahui dan bukan untuk dijadikan referensi karena tidak
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
- Mitos Otak Akan Berhenti Berkembang pada Usia Tertentu
Dikatakan bahwa setelah usia tertentu, biasanya sih 17
tahun, otak akan berhenti berkembang dan hal itu menyebabkan kita sulit menghafal, sulit
berpikir, dan membahas hal-hal baru.
Pada kenyataanya memang sel-sel otak berkembang pesat
pada usia bayi sampai balita biasa disebut golden
age artinya masa emas gitu.. Tapi, bukan berarti otak tidak berkembang lagi
setelah masa golden age.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa ketika seseorang
berusia 17 tahun, perkembangan kognitif merupakan akumulasi perkembangan
kognitif dari 0-4 tahun sebanyak 50%, 4-8 tahun sebanyak 30%, dan 9-17 tahun
sebanyak 20%. Meskipun demikian sel-sel baru di otak tetap akan tumbuh pada
orang dewasa.
- Mitos tentang Dubur Ayam
Dalam masyarakat suku Jawa, umumnya orang tua melarang
anak-anaknya untuk memakan dubur ayam atau bahasa jawanya brutu. Mengapa?
Karena memakan dubur ayam dipercaya dapat menyebabkan seseorang jadi pelupa
ketika telah dewasa. Sebenarnya tidak ada hubunganya antara memakan dubur ayam
dan proses lupa, tetapi orangtua tetap saja melarang anaknya memakan dubur ayam
terutama yang masih kecil atau usia sekolah. Piye to?? Wong brutu iku wuenak
kabe kok.
- Mitos Fungsi Otak Hanya untuk Berpikir
Beberapa orang memercayai bahwa fungsi otak hanyalah
untuk berpikir atau sebagai fungsi intelegensi, padahal kenyataannya tidak.
Seperti yang kita pelajari di sekolah bahwa otak berfungsi untuk mengontrol
serta menggerakan segala fungsi tubuh lainnya baik yang kita sadari maupun yang
kita tidak sadari, seperti berjalan, makan, minum, berbicara, dan semua yang
kita lakukan sehari-hari termasuk stalking mantan (maklum jomblo).
- Mitos Kita Hanya Menggunakan 10% Kemampuan Otak
Sebenarnya, kita menggunakan hampir seluruh kemampuan
otak dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, memang pada orang-orang tertentu
dengan pekerjaan yang lebih menggunakan cara berpikir memiliki otak yang lebih
terasah ketimbang orang-orang yang pekerjaannya menggunakan kekuatan fisik
semata. Oleh karena itu, semua hal yang berhubungan dangan sampai berapa persen
kah kita menggunakan kemampuan otak tergantung dari cara kita memelihara serta
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, yang pasti bukan 10%.
- Mitos Meletakkan Buku dan Pensil Bersamaan dengan Penanaman Ari-ari
Ada sebagian masyarakat Jawa yang masih sangat
memercayai mitos meletakkan buku dan pensil bersamaan dengan ditanamnya ari-ari
anak mereka yang baru lahir, dengan harapan bahwa mereka akan menjadi orang
yang pandai dikemudian hari. Sebuah harapan yang bagus tersebut akan lebih
bermanfaat apabila dilakukan dengan cara memohon kepada Tuhan dan penanaman
buku serta pensil sudah tentu tindakan yang kurang dapat diterima logika kita.
Kalo dapat berarti logila.
- Mitos Semakin Tua Seseorang Otaknya Semakin Rusak
Banyaknya kasus kepikunan pada nenek-nenek termasuk
nenek gue, di usia 80 tahun menyebabkan pendapat tersebar pada masyarakat awam,
semakin tua usia seseorang otaknya akan semakin rusak. Wah kasihan banget kalau
nenek atau kakek kita dikatain otaknya rusak,
Penuaan mengakibatkan penurunan fungsi, termasuk otak.
Kadar cairan otak berkurang, kelenturan otak berkurang, dan kecepatan reaksi
otak pun melambat. Sel sukar membelah diri lagi. Hanya saja yang menentukan
kecerdasan bukan jumlah neuron, melainkan kekuatan koneksi dan arus informasi
di antara mereka . percabangannya tetap tumbuh pada usia lanjut. Oleh karena
itu, pembelajaran yang tiada henti, tetap mengerjakan sesuatu pada usia senja,
serta gemar membaca merupakan beberapa cara yang dapat merangsang koneksi arus
informasi sehingga seseorang yang bersangkutan tidak menjadi pikun.
- Mitos bahwa Kecerdasan Sepenuhnya karena Faktor Genetis
Pendapat bahwa kecerdasan sepenuhnya karena faktor
genetis tidaklah benar, yang benar adalah faktor genetis merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi
kecerdasan seseorang.
Setiap bayi membawa gen dari ayah dan ibunya. Jika
orang tuanya pandai, tentu saja si bayi akan membawa bakat pandai yang
merupakan bahan baku bagi pertumbuhan otak selanjutnya. Kalau bahan bakunya
baik, selanjutnya bergantung pada pembelajaran dan lingkungan sekitar yang
membentuk bahan baku tersebut. Jika dibentuk dengan baik, hasilnya akan sangat
baik. Namun jika dibentuk dengan kurang baik atau bahkan tidak dibentuk sama
sekali, hilanglah sudah bahan baku yang baik tersebut. So buat agan-agan yang
orangtuanya kurang berpendidikan jangan menyalahkan orang tua, kenapa kita kurang
pandai mungkin saja kitanya yang malas belajar jadi mulai dari sekarang belajar
lah lebih giat lagi.